“Hidup bukan hanya perihal catur dimana setiap orang menggunakan strategi dan logika untuk mengalahkan lawannya.” Takas pak Jon seusai bertanding catur dengan skor seri.
Jarang sekali pak Jon mengalami skor seri saat bermain catur. Skor seri pun terjadi tatkala pak Jon memang menginginkannnya. Begitu sulit menemukan lawan yang dapat mengunggulinya dalam bermain catur, hingga berkata saat ada yang ingin bertanding lagi dengannya.
“Manunggaling[1]-lah dulu dengan catur setelah itu mari bertanding.” Singkat pak Jon sembari menghembuskan asap rokok yang tak lain pada muka sang penantang.
Warung kopi yang diam dengan udara sedikit pengap menemani kesunyian yang semakin senyap. Sudah dipastikan tidak ada lagi pertandingan catur malam ini. Pak Jon sendiri meneruskan permainan catur online dengan lawan-lawan mancanegaranya.
Setelah selesai menyeduhkan kopi, aku datangi pak Jon.
“Gimana pak Jon? Aman?”
Dengan senyum yang memperlihatkan gigi serinya, pak Jon menajawab singkat, “aman ndan.”
“Dari tadi aku dengerin kayaknya nggak ada lawan bertarung yang seru nih.”
“Hahaha.”
“Emang gimana caranya main catur?”
Dengan terlihat seperti berat hati untuk menjelaska dan aku pun tahu ia sedang fokus bermain catur, ia menjawab. “Ok, sebenarnya kamu sudah bisa bermain catur.”
“Ya emang, tapi kan tau sendiri kalah terus sama kamu.” Potongku secara tidak sengaja.
“Bentar to, belum selesai. Jadi gini, didalam catur ada sebutan opening, middle, dan ending. Pertama, opening itu langkah-langkah awal saat bermain catur. Setidaknya maksimal ada 14 langkah didalam opening. Lalu middle itu bagaimana menteri-menteri dan prajurit kita menari-nari diatas papan catur. Bagaimana kita menipu, menggandakan, atau bahkan berkorban untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Bahkan jika musuh kita lemah dilangkah ini kita bisa melakukan checkmate. Kayak gini contohnya. Terakhir itu permainan ending. Jadi saat menteri-menteri dan prajurit kita tumbang begitu juga dengan lawanmu, sedang yang tersisa hanyalah raja dan ratu, nah disini kita mesti menghitung pergerakan lawan benar-benar dan juga pergerakanmu sendiri. Kalau nggak mudeng belajar dulu di youtube. Latihan terus!” Penjelasan singkat dari pak Jon ditengan anggukan-anggukan sok mudengku.
“Lah kok tau kalau aku nggak mudeng pak?” Jawabku ketus.
“Lah ini udah aku bukain youtube. Sono manfaatin wifi warungmu, jangan dibuat ngegame online mulu.” Seringai pak Jon pun makin melebar.
“Walah sudah close order mas, tapi nggakapa deh.” Ocehku pada pelanggan sedikit sinis.
Kopi tubruk menjadi penutup pesanan hari ini. Jam menunjukkan satu menit sebelum berganti hari. Musik pun juga mulai berhenti. Mata para pasukan ngopi sudah terlihat sayup-sayup. Sementara mataku baru saja menemukan hal baru.
Catur bagiku permainan yang dari SD sudah kukenal. Bahkan memoriku masih mengingat kekalahan-kekalahanku dengan sepupuku saat bermain catur dibawah pohon jambu. Namun hingga sampai sekarangpun aku belum tahu bagaimana bermain strategi, membuat hipotesa-hipotesa pergerakan lawan, dan memenangkan permainan dengan cantik dan halus. Tanpa memperdulikan apapun, saat ini aku harus mengenal catur dengan cara yang lebih baik.
.
.
.
.
Satu bulan kemudian.
.
.
.
.
“nggakapa mas, warung belum close order tenang saja.” Sedikit senyum untuk mas pemesan kopi tubruk yang bulan lalu datang pada menit-menit warung close order. Sekarangpun datang pada jam yang sama.
Hari ini belum menyapa pak Jon sama sekali dan memang pak Jon baru juga datang bareng sama mas pemesan kopi tubruk. Waktu menunjukkan satu menit sebelum close order. Dendang musik dangdut masih berirama menemani jiwa-jiwa tenang para pasukan berani ngopi. Kulihat garis-garis wajah pak Jon malam ini tidak begitu semburat. Waktu yang tepat untuk mengajaknya bermain-main.
“Pilih kuda atau kerucut pak?” tanyaku sambil berlagak bercanda.
“keduanya tidak pantas dipilih.”
“Okay. Okay. Kalau gitu Jamilah saja mbah.” Jawabku teringat selebriti kampus yang begitu cantik dan care dengan semua orang.
“uluh uluh uluh.” Jawab pak Jon singkat dengan makna yang begitu dalam.
“Jangankan cewek, apapun dapat didalam permainan catur.”
“Betul sekali. Catur bisa dikorelasikan dengan matematika, bahasa dan sastra, bisnis, atau apapun yang ada didalam kehidupan.”
“Di Matematika ada yang namanya peluang dimana ada premis-premis yang membutuhkan otak kita untuk bermain logika. Berapa langkah yang dapat digunakan lawan untuk menyerang pada satu anggota misal kuda. Bagaimana kombinasi lawan dalam menyerang menggunakan ratu, dan kedua benteng. Begitu juga berapa besar kesempatan kita untuk bertahan sekaligus membalik serangan. Semua ada perhitungannya, ndan.” Sepertinya pak Jon benar-benar bersemangat.
“oh” Jawabku sesingkat mungkin berniat membuat pak Jon tercengang dan meneruskan penjelasannya.
“OK, lanjut. Sekarang bahasa dan sastra. Kamu tahu sendiri didalam bahasa ada kalimat pujian, kalimat perintah, ataupun kalimat satir yang semua itu dapat kita ucapkan saat bermain catur. “Ngkau terlalu cinta pada harta dan ratumu, hingga para menteri dan prajuritmu jatuh tak berdaya.” Kamu pasti pernah nglakuin hal kayak gitu.akhirnya kalah hahaha.”
“Uluh uluh uluh.” Jawabku sambil geleng-geleng bersamaan seringai pak Jon yang makin memamerkan gigi seri nya.”
“Kalau berbicara bisnis pak Jon.” Sambungku sebelum pak Jon kembali meneruskan analogi atau apapun itu. “Didalam bisnis, yang kuat ya yang menang. Pebisnis harus bisa menguasai pasar walau hanya dengan benteng dan kerucut. Cepat, kuat, dan tepat, itu kuncinya.”
“Masuk!” Jawab pak Jon.
“Belum pemanasan kok sudah masuk pak, wah wah wah ini.”
“Ulululu luluh.”Jawab pak Jon.
“Tapi, yang tadi itu baru pemanasan. Didalam bisnis, terkadang seseorang hanya memikirkan bagaimana caranya untuk berada dipuncak, bagaimana cara mengungguli yang lain, tanpa memikirkan kesejahteraan bersama. Jadi kamu nih sukanya ngabisin semua menteri dan prajurit. Jadi hanya menyisakan raja sendirian, bahkan tanpa ratunya. That’s hurt, bro. Kamu boleh menang, asal rajamu jangan di kandang mulu gitu dong, atau lebih baik kamu nawarin seri saja lah. Kita bagi untungnya 50 ; 50. Susah sih, tapi disitulah kebijaksaan, dan keadilan bersangkar.”
“Uluhuluh uluh.” Lagi-lagi pak Jon. “Okay sob.” Sambil nyruput kopi farovitnya, arabika Dolok Sanggul. “Kita dapat pelajaran banyak nih dari catur. Setuju kan?”
“Masuk.” Jawabku
“Dari mulai gimana bersosialisasi, menemukan diri, menata hati dan pikiran untuk menjadi yang baik dan lebih baik lagi. Apalagi ya, menjadi lebih tenang misal waktu menghadapi konsumen apalagi sesama pecinta kopi.”
“Ulululu luluh” Jawabku tanpa bisa meniru gaya menyeringai pak Jon.
“Kita akhiri dulu perbincangan berat malam menuju fajar ini. Semoga kita dapat menemukan ketenangan dan cinta yang sejati.”
“ulululu luh.” Jawabku. “Tapi mbah, bagaimana cara menemukan Tuhan dalam catur?”
[1] Menyatu