SATIR REMAJA: Pandangan Pertama

Rapat pembentukan panitia seminar nasional sudah digelar satu jam yang lalu dan sampai sekarang masih berlanjut. Perdebatan membahas teknis dan kelengkapan acara semakin memanas.

“Jangan menyewa perlengkapan di mang Kidul, terlalu mahal. Coba cari informasi di tempat persewaan milik mang Wetan, katanya lebih murah. Cari yang paling murah! Demi kemaslahatan panitia. Untuk harga tiket masuk seminar, hitung benar-benar berapa laba yang akan tersimpan dikas bendahara.” Ketua panitia memberi instruksi kepada seluruh panitia sebelum mereka berkumpul pada koordinatornya untuk membahas tugasnya masing-masing.

Bagian humas diberi jatah panitia yang lebih banyak dari bagian lainnya, karna tugas humas sedikit, tapi menentukan seluruh umat panitia. Mencari peserta sebanyak-banyaknya adalah tugas utamanya.

Pada rapat ini Jono berandil sebagai panitia pelaksana acara. Ia sedang memandang serius koordinatornya yang sedang memberi instruksi seluruh anggota pelaksana acara. Wajahnya tercengang dengan mata yang menatap satu titik, wajah koordinatornya. Aneh, giliran yang lain kompak menjawab “setujuuu!”, Jono malah tetap memandang koordinatornya dengan tatapan makin serius. Tidak ada yang menyadari tatapan Jono, karna sebenarnya tidak ada yang menganggap Jono adalah bagian dari mereka.

Meskipun tidak dianggap dan tidak pernah dianggap dalam rapat apapun, Jono selalu dengan merasa tidak dianggap mencari perhatian ke yang lainnya. Dari mulai menyemangati ketua panitia, disaat semua tertawa tawanya paling keras sendiri, sampai mengusulkan usul-usul yang ujung-ujungnya blunder, tidak jelas, semua dilakukannya dengan tanpa malu. Tapi kali ini ia sangat diam, seakan sedang memikirkan sesuatu yang lebih berharga dari batu oakenshield milik raja kaum dwarf di film The Hobbit.

Usut punya usut, kemarin Jono dikasih amanah dari guru SMAnya untuk menemani adik-adiknya mengikuti olimpiade di sebuah kampus. “Kok yang ikut lomba betina semua.” Batin Jono dalam hati.

Sebenarnya amatlah malas seorang bujang disuruh untuk mendampingi anak-anak yang sebenarnya tidak perlu lagi untuk didampingi. Lha wong berangkat dari kota lain ke Surabaya saja bisa, masa dari kampus ke kelas tempat lombanya berlangsung bakal kesasar?! Namun amanah tetaplah amanah, meskipun kehadiran Jono dan ketiga temannya yang lain tidak begitu dianggap oleh mereka, Jono tetap mendampingi sampai lomba tersebut usai.

Tidak disangka disela bosan menunggu pengumuman hasil lomba, pandangan Jono menatap sebuah perasaan yang tidak bisa dideskripsikan.

Memandangnya bagaikan memandang si cantik merah delima

Memikirkannya bagai aku memikirkan kuasa-Nya

Apakah dia sebuah karya dari surga?

Sebuah cinta tidak datang secara tiba-tiba

Namun pandangan pertama telah tercipta

           

Apalah sebuatan yang paling cocok untuk wanita selain perasaan. Itulah yang membuatnya sulit untuk dideskripsikan. Sama seperti cinta, sayang, ataupun rindu, mendeskripsikan wanita hanya akan terasa semakin hambar untuk dimengerti.

Mulai saat itu Jono semakin sering merenung, merasakan apa yang sedang ia rasakan. Tidak jelas, terasa tapi tidak benar-benar terasa seperti saat mengalami sakit panas. Ia tidak memendam perasaannya sendirian.

“Eh, Alda itu orangnya gimana sih? Langsung ke spesifiknya ya, dia suka boros nggak?” Tanya Jono kepada adek kelas temannya si perasaan itu.

“Aku nggak dekat dengan anaknya, mas. Tapi setahuku dia itu nggak neko-neko. Misal baju seragam nih, anak cewek biasanya kan suka pergi ke penjahit biar bisa desain seragamnya sendiri, tapi kalau Alda langsung beli setelan dari toko.”

“O, yang lain? Keluarganya? Eh, kamu kan nggak dekat ya”

“Kakaknya sih alumni sini juga, kak. Hm, Alda tu udah lagi deket sama dua cowok. Satunya kakak kelas satunya teman seangkatan.” Tanpa Jono bertanya ia menjelaskan dengan sendirinya.

“Tiga cowok sekarang.” Timpal Jono, singkat tapi jelas.

Setidaknya dari sini Jono tahu kalau ia ketinggalan langkah dengan kedua cowok lainnya. Posisi Jono berada diangka nol. Sedangkan satu cowok lainnya bisa jadi sudah berada di angka tiga, yang satunya lagi sudah diangka lima. Mereka bertiga mempunyai tujuan yang sama, akan berada di angka sepuluh.

&&&

Setelah mendapat akun media sosial milik si isiminthil, Jono mulai menyusun rencana bagaimana cara mendapat perhatiannya. Cari perhatian dengan cara biasa seperti:

“Salam kenal. Aku Jono, atau biasanya teman-teman manggil Jomblo Norak, karna itu singkatan namaku. Oh ya kamu anak mana? Alumni SMP mana? Sudah makan ini tadi? Punya adik?”

“Ronggolawe, SMP di pondok, sudah, punya”

Ayolah Jon! Kamu hanya malu-maluin diri sendiri kalau kayak gitu. Cara mencari perhatian cewek seperti ini harus pakai statement yang pas, tajam, setajam… (tahu kan setajam apa, kan di tv ada). Udah, mensyen saja!

“@aldaaaaaee Twit-twit kamu gak menarik semua ya ternyata, gak memberi manfaat bagi yang membaca”

“@JombloNorak Kata temenku, syok-syok an -_-”

“@aldaaaaaee Kamu dulu yang sok-sok an gak mau folbek. Sombong ya”

“@JombloNorak Syudaaah. Puas?”

“@aldaaaaaee Puaaaaass. Suwuuun, suwuun, suwuuun”

Bagus, Jon! Kamu keren.

Jono sendiri sudah melayang-layang seakan dibawa terbang oleh Gatotkaca. Kemudian diatas langit ia meminta restu kepadanya, “Kang mas, aku sudah menemukan cintaku.” “Oh, Alda, aku trisna maring rika.” Mendengar pernyataan Jono Gatotkaca bukan malah merestuinya, tapi kemudian ia menjatuhkan Jono dari atas langit ke tujuh, dan ketika Jono menghantam lapisan-lapisan langit, ia mendapat pelajaran.

“Pandangan pertama itu memang ada, Jono. Entah, aku merasa semua kata yang mempunyai imbuhan ‘pertama’ mempunyai arti yang sangat dalam. Ucapan pertama adalah ucapan yang paling jujur. Langkah pertama adalah langkah yang berani. Cinta pertama adalah cinta yang membawa seseorang ke jenjang yang lebih dewasa. Begitu juga pandangan pertama, ternyata momen ini begitu spesial. Pandangan pertama adalah pandangan yang paling sulit dilupakan. Pandangan pertama adalah pandangan yang paling membuat penasaran. Pandangan pertama juga pandangan yang asli (tanpa editan camera360 dan lain sebagainya). Hei, bukankah jodoh adalah ungkapan lain dari pandangan pertama? Belum pernah ngobrol, tapi sudah jatuh cinta. Perhatikan kalian berdua! Tuhan begitu matang dalam menentukan pilihan bagi hamba-Nya. Dari segi umur, agama, dan keluarga kalian berdua sudah cocok, sangat cocok untuk memulai cerita cinta. Berarti jatuh cinta pada pandangan pertama adalah cinta yang tulus kan? Bukan karna ayu ataupun nafsu. Orang percaya cinta tercipta tanpa alasan. Sudah semestinya orang percaya bahwa pandangan pertama itu ada” Jono masih tidak sadarkan diri. Ia tidur dengan bibir tersenyum.

“Ah, ternyata aku salah. Jodoh tidak begitu sama dengan pandangan pertama. Aku mengeluh dengan cerita atau film yang mengisahkan cowok dan cewek saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Ternyata didunia nyata, bisa jadi jatuh cinta pada pandangan pertama hanya dialami si cowok, atau sebaliknya.” Jono terbangun dari tidurnya secara spontan.

“Siapa yang bicara padaku sewaktu aku tidur?” Batin Jono penuh tanya.

Jono terngiang-ngiang dengan pernyataan dan pertanyaan yang muncul sewaktu dirinya tertidur dan bermimpi dibawa terbang oleh Gatotkaca, kemudian dijatuhkan olehnya. Hari-harinya mulai terkontaminasi oleh pengaruh pandangan pertamanya. Ia menjadi lebih malas. Lebih sering menghadap laptop untuk apalagi kalau bukan untuk memandangi foto-foto si bunga yang baru merekah dipagi hari itu. Hingga Jono menceritakan yang dialaminya kepada sahabatnya.

“Sudahlah. Berhenti terlalu memikirkannya. Hemat waktu, pikiran, tenaga, dan uangmu. Ingat kamu ini dalam masa perkembangan, masih banyak kewajiban yang masih kamu cicil. Kalau kamu terhenti gara-gara dia, kapan kewajiban-kewajiban itu bisa lunas? Tentang perasaanmu, tidak masalah kalau kamu jatuh cinta, karna itu juga termasuk proses alami bagi remaja. Tinggal bagaimana kamu menyikapi perasaan itu, dan kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan. Ingat! Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.” Jelas sahabat Jono menasehatinya.

Seperti matahari yang tenggelam di barat kemudian muncul kembali dari timur, semangat Jono terlahir kembali. Begitu benar perkataan sahabat dan perkataan yang ia peroleh sewaktu tidur yang tidak lain itu adalah ungkapan hati sanubarinya sendiri. Hanya kalimat ini yang ada dipikiran Jono untuk sekarang “hasta la vista, Alda.”

Leave a comment